Pada Pagi Aku Jatuh Cinta.
Selalu ada kerinduan tersendiri setiap kali pagi datang. Aku
mengharap malam segera berlalu setiap hari. Da anehnya, mengapa malam begitu
lambat merangkak, sedang pagi berlalu gegas tanpa sadar sore datang dan aku
harus berpisah kembali dengan sejuta
rasa. Sejak kapan rasa ini mulai tertanam di sekujur tubuhku? Ah, entahlah. Mungkin
fitrah ini yang semakin bergelangtungan di langit-langit jiwa. Ini bukan tentang cinta yang biasa. Bukan tentang
bagaimana aku jatuh hati pada pagi. Ini lebih dari itu, semacam ada harapana
yang selama ini hilang di telan zaman yang serba gegas dan abai ini.
Aku selalu mencintai pagi dari wajah pada senyum yang rekah.
Saat istirah, aku ingin mengistirahatkan jiwaku dengan celoteh mereka, seolah
aku adalah pohon ,tempat mereka selalu berteduh. Tempat mereka selalu melempar
tawa. Tempat bagi mereka memeluk pagi dengan tawa.
Aku mencintai mereka sejak aku tak mengerti lagi bagaimana rasanya mencintai. Ya,
anak-anak ini, memburuku dengan berjuta peluru kerinduan. Bukan, aku bukan ingin mengungkapkan rasa hati
di sini. ini hanya sesuatu yang tidak bisa kubendung lagi dan berhasil membobol
dinding egoku.
Kesabaran selalu mereka yang ajarkan aku. Mereka bertengkar
di hadapanku, sekadar mengajariku bagaimana cara berlaku adil dan bijaksana. Ah, mereka mengguyurku dengan hujan kerinduan.
Medan, 19 Juli 2012, saat mendung kembali menggantung.